Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial di Indonesia
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir
ditengah masyarakat. Kemiskinan sebagai fenomena sosial yang telah lama ada,
berkembang sejalan dengan peradaban manusia. Masyarakat miskin pada umumnya
lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi
sehingga seringkali makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki
potensi tinggi. Substansi kemiskinan adalah kondisi deprevasi tehadap sumber-sumber
pemenuhan kebutuhan dasar yang berupa sandang, pangan, papan, dan pendidikan
dasar (Sudibyo, 1995:11).
Kemiskinan juga sering disandingkan dengan kesenjangan,
karena masalah kesenjangan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan.
Substansi kesenjangan adalah ketidakmerataan akses terhadap sumber daya
ekonomi. Sudibyo (1995:11) mengatakan bahwa “apabila berbicara mengenai
kemiskinan maka kemiskinan dinilai secara mutlak, sedangkan penilaian terhadap
kesenjangan digunakan secara relatif”. Dalam suatu masyarakat mungkin tidak ada
yang miskin, tapi kesenjangan masih dapat terjadi di dalam masyarakat tersebut.
Sebagian besar dari penduduk miskin ini tinggal diperdesaan
dengan mata pencaharian pokok dibidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional tersebut.
Kehidupan mereka bergantung pada pola pertanian yang subsistem, baik petani
kecil atau pun buruh tani yang berpenghasilan rendah, ataupun bekerja dalam
sektor jasa kecil-kecilan dan berpenghasilan pas-pasan. Fenomena banyaknya
urbanisasi penduduk desa ke kota menunjukkan bahwa adanya ketidakmerataan
pembangunan di perdesaan. Terbatasnya fasilitas umum, kecilnya pendapatan, dan
terbatasnya pekerjaan dan dalih mencari kehidupan lebih baik menjadi alasan
urbanisasi ini. Permasalahan tersebut menyiratkan adanya ketidakmerataan dan
kesenjangan antara perdesaan dan perkotaan.
Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia
mencapai 28,01 juta orang (10,86 persen), berkurang sebesar 0,50 juta orang
dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13
persen).Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2015
sebesar 8,22 persen, turun menjadi 7,79 persen pada Maret 2016. Sementara
persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 14,09 persen pada
September 2015 menjadi 14,11 persen pada Maret 2016.Selama periode September
2015–Maret 2016, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,28
juta orang (dari 10,62 juta orang pada September 2015 menjadi 10,34 juta orang
pada Maret 2016), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 0,22 juta orang
(dari 17,89 juta orang pada September 2015 menjadi 17,67 juta orang pada Maret
2016).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh
lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis
Kemiskinan pada Maret 2016 tercatat sebesar 73,50 persen, kondisi ini tidak
jauh berbeda dengan kondisi September 2015 yaitu sebesar 73,07 persen.Jenis
komoditi makanan yang berpengaruh terbesar terhadap nilai Garis Kemiskinan di
perkotaan maupun di perdesaan, di antaranya adalah beras, rokok kretek filter,
telur ayam ras, gula pasir, mie instan, bawang merah dan roti. Sedangkan untuk
komoditi bukan makanan yang terbesar pengaruhnya adalah biaya perumahan,
listrik, bensin, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
DAMPAK KEMISKINAN
Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan,
berhubung pendidikan dan keterampilan merupakan hal yang sulit diraih
masyarakat, maka masyarakat sulit untuk berkembang dan mencari pekerjaan
yang layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka
tidak adanya pendapatan membuat pemenuhan kebutuhan sulit, kekurangan nutrisi
dan kesehatan, dan tak dapat memenuhi kebutuhan penting lainnya. Misalnya saja
harga beras yang semakin meningkat, orang yang pengangguran sulit untuk membeli
beras, maka mereka makan seadanya. Seorang pengangguran yang tak dapat
memberikan makan kepada anaknya akan menjadi dampak yang buruk bagi masa depan
sehingga akan mendapat kesulitan untuk waktu yang lama.
Kriminalitas merupakan dampak lain dari
kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga
mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal atau haramnya uang sebagai alat
tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya saja perampokan, penodongan, pencurian,
penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih banyak lagi contoh kriminalitas
yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan itu semua karena kondisi yang
sulit mencari penghasilan untuk keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai
yang berhubungan dengan Tuhan. Di era global dan materialisme seperti sekarang
ini tak heran jika kriminalitas terjadi dimanapun.
Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan
sudah pasti merupakan dampak kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan
rakyat miskin putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Putus
sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat rakyat
miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan mimpi mereka. Ini
menyebabkan kemiskinan yang dalam karena hilangnya kesempatan untuk bersaing
dengan global dan hilangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kesehatan sulit untuk didapatkan karena
kurangnya pemenuhan gizi sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin
sulit menjaga kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan yang mahal di klinik
atau rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini menyebabkan
gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar.
Buruknya generasi penerus adalah dampak yang
berbahaya akibat kemiskinan. Jika anak-anak putus sekolah dan bekerja karena
terpaksa, maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan
pada perkembangan mental, fisik dan cara berfikir mereka. Contohnya adalah
anak-anak jalanan yang tak mempunyai tempat tinggal, tidur dijalan, tidak
sekolah, mengamen untuk mencari makan dan lain sebagainya. Dampak kemiskinan
pada generasi penerus merupakan dampak yang panjang dan buruk karena anak-anak
seharusnya mendapatkan hak mereka untuk bahagia, mendapat pendidikan, mendapat
nutrisi baik dan lain sebagainya. Ini dapat menyebabkan mereka terjebak dalam
kesulitan hingga dewasa dan berdampak pada generasi penerusnya.
Di suatu Negara sebesar Indonesia yang memiliki kekayaan alam
yang cukup banyak, sumber daya manusia yang besar dengan wilayah yang
sedemikian luas tentunya suatu keunggulan. Dibandingkan Negara kecil yang luas
wilayahnya terbatas, tidak memiliki kekayaan alam seberapa. Dalam teori
manajemen tentu kita masuk kategori unggul sumber daya alam banyak, sumber daya
manusia banyak, teknologi mendukung. Namun kenyataan ini menjadi berbeda ketika
kita melihat Negara Indonesia justru banyak angka kemiskinannya dimana di jalan
masih dapat kita lihat rakyat masih tinggal di pemukiman kumuh, kesulitan
mendapat pekerjaan, tidak dapat melanjutkan sekolah, kekurangan gizi. Disatu
sisi ada sekelompok masyarakat yang hidupnya mewah dengan rumah besar, mobil
mewah, pendidikan tinggi.
Semakin hari semakin tampak kesenjangan sosial itu. Padahal
peranan Negara sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat disini.
Kita bisa berbicara ini stratifikasi sosial bahwa ada tingkatan ekonomi
masyarakat yang tidak semua sama. Dalam kehidupan ada yang namanya si kaya dan
si miskin. Tampaknya kesenjangan antara si kaya dan si miskin makin hari
menjadi-jadi. Hal ini justru menimbulkan kerawanan sosial dimana tingkat
kejahatan semakin meningkat, kemiskinan, pendidikan rendah, kekurangan gizi,
penyakitan dan sebagainya.. Tujuan suatu Negara adalah mewujudkan masyarakat
yang makmur dan sejahtera. Bukan saja memakmurkan satu golongan tetapi
memberikan kemakmuran pada semua masyarakatnya. Akan tampak aneh kalau kelompok
kaya dengan mobil ratusan juta rupiah berseliweran di jalan dan pengemis yang
kelaparan di jalan. Kalau kita sadar akan kondisi ini mestinya kita berpikir
ada yang keliru dengan Negara ini. Negara berperan penting dalam mewujudkan
fasilitas yang layak sesuai standar di Negara tersebut. Kebutuhan primer
seperti makanan pokok, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan harus
diberikan dengan baik. Pembangunan fasilitas umum seperti jalan, listrik,
sekolah, rumah sakit. Tugas Negara dalam mengatur pajak masyarakat yang besar
itu untuk menciptakan masyarakat yang makmur sehingga kesenjangan sosial
menjadi rendah dan kemiskinan dapat segera teratasi. Kenyataan yang terjadi
saat ini adalah pembangunan yang berlandaskan pada kepentingan pemilik modal.
Satu contoh pembangunan supermarket besar yang dimiliki
perusahaan tanpa memikirkan pasar tradisional yang menghidupi masyarakat bawah.
Bahkan belakangan merambah mini market yang mematikan warung kecil. Kondisi
seperti ini adalah contoh ketidak seimbangan yang terjadi yang menyebabkan
kesenjangan sosial dan kemiskinan. Di era perdagangan bebas bangsa ini bisa
jadi termasuk warung kecil itu. Karena Negara maju sudah memiliki berbagai
produk yang berkualitas dan siap dipasarkan sedangkan kita masih menjadi bangsa
konsumtif. Begitu perdagangan bebas di buka maka bangsa ini juga akan siap
menjadi bangsa miskin. Produk yang bisa kita jual ke Negara lain tidak banyak
sedangkan kita lebih banyak membeli dari Negara lain. Ketidak seimbangan ekspor
dan impor ibarat hanya akan menambah hutang selanjutnya dapat dipastikan
menjadi gulung tikar.
KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN
Kebijakan anti kemiskinan dan distribusi
pendapatan mulai muncul sebagai salah satu kebijakan yang sangat penting dari
lembaga-lembaga dunia, seperti Bank Dunia, ADB,ILO, UNDP, dan lain sebagainya.
Tahun 1990, Bank Dunia lewat laporannya World Developent Report
on Proverty mendeklarasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan
kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada tiga front :
(i)
Pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya yang
menciptakan kesempatan kerja danpendapatan bagi kelompok miskin,
(ii)
Pengembangan SDM (pendidikan,
kesehatan, dan gizi), yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi,
(iii)
Membuat suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka yang
diantara penduduk miskin yang sama sekali tidak mamu untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan SDM akibat
ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik sosial, dan terisolasi
secara fisik.
Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan
diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau
tujuan perantaranya dapat dibagi menurut waktu, yaitu :
1. Intervensi jangka pendek,
berupa :
- Pembangunan/penguatan sektor usaha
Kerjsama regional
- Manajemen pengeluaran pemerintah
(APBN) dan administrasi
- Desentralisasi
- Pendidikan dan kesehatan
- Penyediaan air bersih dan pembangunan
perkotaan
- Pembagian tanah pertanian yang merat
2. Pembangunan sektor pertanian,
usaha kecil, dan ekonomi pedesaan
3. Manajemen lingkungan dan SDA
4. Pembangunan transportasi,
komunikasi, energi dan keuangan
5. Peningkatan keikutsertaan masyarakat
sepenuhnya dalam pembangunan
6. Peningkatan proteksi sosial
(termasuk pembangunan sistem jaminan sosial)
KESIMPULAN
Jadi kesenjangan sosial tidak semata-mata karena
faktor internal dan kebudayaan, tetapi lebih disebabkan oleh adanya hambatan
struktural yang membatasi serta tidak memberikan peluang untuk memanfaatkan
kesempatan-kesempatan yang tersedia. Kendati faktor internal dan kebudayaan
(kebudayaan kemiskinan) mempunyai andil sebagai penyebab kesenjangan sosial,
tetapi tidak sepenuhnya menentukan.
Di
Indonesia, kemiskinan merupakan salah satu masalah besar. banyak studi empiris
yang memang membuktikan adanya suatu relasi trade off yang kuat antara laju
pertumbuhan pendapatan dan tingkat
kemiskinan, hubungan negatif tersebut tidak sistematis. Namun, dari beberapa
studi empiris yang pernah dilakukan, pendekatan yang digunakan berbeda-beda dan
batas kemiskinan yang dipakai beragam pula, sehingga hasil atau gambaran
mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan juga
berbeda.
Sumber:
http://www.kompasiana.com/sanggedepurnama/kesenjangan-sosial-dan-kemiskinan_55282ec06ea834c3538b4604
Kelompok 4:
Adelia Nursitasari (20216113)
Muhammad Baharudin Alamsyah (24216750)
Shely Apriliana (26216997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar