Pertumbuhan Domestik Bruto Negara China
A. Pertumbuhan Domestik Bruto
Negara China/Republik Tiongkok (RRT)
Sejak
akhir tahun 1970-an, RRT telah mengubah sistem perekonomiannya dari sistem
ekonomi tertutup dan centrally planned menjadi sistem ekonomi yang lebih
berorientasi pada pasar. Dengan mengimplementasikan kebijakan tersebut pada
tahun 2010 RRT berhasil menjadi eksportir terbesar di dunia. Reformasi ekonomi
RRT dimulai secara bertahap yakni keluar dari sistem pertanian kolektif dan
meluaskannya dalam liberalisasi harga, desentralisasi fiskal, meningkatkan
otonomi BUMN, mendiversifikasi sistem perbankan, mengembangkan pasar saham,
meningkatkan pertumbuhan sektor swasta, dan membuka diri terhadap perdagangan,
serta investasi luar negeri.
Pada tahun 2012,
di tengah terjadinya krisis keuangan global, RRT masih mampu mempertahankan
pertumbuhan ekonomi yang stabil dan tetap. Beberapa prestasi yang dicapai oleh
RRT di antaranya adalah kenaikan GDP dari RMB 26,6 triliun (US$ 4,2 triliun)
menjadi RMB 51,9 triliun (US$ 8,3 triliun), yang menempatkan RRT di peringkat
kedua secara global. Di samping itu, pendapatan pemerintah juga naik dari RMB
5,1 triliun (US$ 822 miliar) menjadi RMB 11,7 triliun (US$ 1,88 triliun) dengan
penambahan lapangan kerja sebanyak 58,7 juta.
Di
bidang infrastruktur, selama periode lima tahun, pemerintah telah berhasil
membangun lebih dari 18 juta unit rumah bersubsidi dan perbaikan 12 juta unit
rumah di daerah pinggiran. Di samping itu, juga telah berhasil dibangun 19.700
km jalur kereta api, dimana 8951 kmnya adalah jalur kereta api cepat.
Pemerintah juga telah membangun 609.000 km jalan baru, dengan 42.000 merupakan
jalan tol, yang menambah panjang jalan tol secara keseluruhan menjadi 95.600
km. Lebih lanjut, juga telah dibangun 31 bandara dan 602 pelabuhan untuk 10.000
ton kapal serta pembangunan proyek besar untuk mengalirkan gas dan listrik dari
barat ke timur.
Salah
satu kunci keberhasilan Pemerintah RRT dalam mempertahankan pertumbuhan
ekonominya di tengah krisis global adalah penerapan kebijakan fiskal yang
pro-aktif, kebijakan easy moneter, penerapan kebijakan finansial secara penuh,
peningkatan belanja pemerintah, dan membuat pengurangan pajak secara
struktural. Di samping itu, juga dilakukan penyesuaian giro wajib minimum dan
suku bunga untuk mempertahankan pertumbuhan yang tepat dalam suplai uang dan kredit.
Dalam merespon tren perubahan makro ekonomi, pemerintah juga secara cepat
mengintensifkan implementasi kebijakan, mengurangi daya dorong dari kebijakan
stimulus secara tepat waktu, dan mengimplementasikan kebijakan fiskal pro-aktif
dan kebijakan moneter yang hati-hati.
Dalam
upaya untuk mempercepat penyesuaian struktur ekonomi dan mengembangkan kualitas
serta kinerja pembangunan ekonomi, pemerintah telah melakukan serangkaian upaya
untuk mendorong permintaan domestik. Sebagai hasilnya, kontribusi permintaan
domestik terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat.
Di bidang
industri, RRT melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan transformasi sektor
industri yang akhirnya menjadikan industri manufaktur RRT terbesar di dunia,
dengan pertumbuhan nilai tambah tahunan rata-rata mencapai 13,4%. Hal ini
sekaligus menjadikan manufaktur teknologi tinggi sebagai pilar utama ekonomi
RRT.
Disamping
itu, pada periode lima tahun ini, industri strategis termasuk clean energy,
konservasi energi, perlindungan lingkungan, teknologi komunikasi dan
bio-medicines telah tumbuh dengan cepat. Kontribusi sektor jasa terhadap GPD
juga meningkat sekitar 2,7%, dan membuat sektor ini mampu menciptakan lapangan
kerja lebih banyak dari sektor lain.
Perdagangan
internasional RRT dalam kurun waktu lima tahun terakhir rata-rata tumbuh
12,2%/tahun dan RRT menempati peringkat kedua negara perdagangan terbesar
dunia. RRT telah menjadi pengekspor terbesar dunia dan kontribusinya terhadap
pasar internasional juga meningkat lebih dari 2 percentage point dibandingkan
tahun 2007. Untuk investasi, selama lima tahun pemerintah telah menggunakan
investasi asing sebanyak US$ 552,8 miliar. Dan untuk mendorong ekspansi
pengusaha RRT keluar negeri, pemerintah menerapkan strategi go global. Outbound
direct investment RRT naik dari US$ 24,8 miliar di tahun 2007 menjadi US$ 77,22
miliar di tahun 2012, dengan pertumbuhan pertahun mencapai 25,5%. Jumlah ini
sekaligus menjadikan RRT sebagai salah satu sumber investasi utama dunia.
Tahun 2013
merupakan tahun yang crucial untuk melanjutkan implementasi Rencana Lima
Tahunan ke-12. Dalam kaitan ini, pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan
ekonomi yaitu pertumbuhan GDP sebesar 7,5%, CPI (inflasi) sebesar 3,5%, penambahan
9 juta lapangan kerja, tingkat pengangguran urban di bawah 4,6%, dan terus
mengembangkan balance of payment. Dalam kaitan ini, pemerintah akan meneruskan
kebijakan fiskal yang proaktif, pertama dengan menaikkan defisit dan utang
pemerintah melalui cara yang sesuai. Tahun ini, diproyeksikan defisit sebesar
RMB 1,2 triliun (US$ 200 miliar), RMB 400 triliun (US$ 64,5 miliar) lebih
dibandingkan anggaran tahun lalu. Ini terdiri dari defisit pemerintah pusat
sebesar RMB 850 milyar (US$ 137 miliar), dan RMB 350 miliar (56,4 miliar) dalam
bentuk obligasi yang akan dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Kedua, pemerintah
akan memperbaiki kebijakan pemotongan pajak struktural dengan fokus mempercepat
proyek percontohan untuk menggantikan business tax dengan VAT. Ketiga, akan mengoptimalkan
struktur pengeluaran pemerintah dengan prioritas pada belanja pendidikan,
kesehatan, jaminan sosial, dan bidang lain yang penting untuk masyarakat.
Pemerintah akan memperketat pengeluaran administratif dan melakukan
penghematan. Investasi dari pemerintah pusat utamanya akan dialokasikan untuk
proyek rumah bersubsidi, proyek infrastruktur terkait pertanian, jaminan sosial
dan proyek lain untuk pengurangan emisi dan perlindungan lingkungan. Dan
keempat, memperkuat pengelolaan utang pemerintah daerah.
Pemerintah China menurunkan proyeksi target pertumbuhan domestik bruto
tahun 2017 dari 6,7 persen menjadi 6,5 persen. Ada kekhawatiran negeri itu atas
kecenderungan proteksionisme di tingkat global. Tingkat utang terhadap PDB
berusaha dikendalikan. Diturunkannya target pertumbuhan ekonomi negeri itu
realistis. Hal tersebut diharapkan membantu mengontrol sekaligus menguatkan
ekspektasi pertumbuhan ekonomi negeri itu. Reformasi berupa pengendalian
tingkat utang terhadap produk domestik bruto (PDB) dan peningkatan kewaspadaan
atas risiko-risiko krisis keuangan global. ”Aneka perkembangan, baik di dalam
maupun luar China, memerlukan kesiapan kita untuk menghadapi situasi-situasi
yang lebih kompleks sekaligus genting,” saat menyampaikan laporan kerjanya
dalam pembukaan pertemuan tahunan parlemen di Beijing. China menargetkan
pertumbuhan 6,5-7 persen tahun lalu. Realisasinya 6,7 persen dengan dukungan
kredit perbankan, kenaikan harga rumah, dan investasi pemerintah. Namun,
seiring dengan upaya pemerintah memperlambat pasar perumahan, pertumbuhan
kredit, sekaligus memperketat tingkat utang, perekonomian pun melambat.
Konsumsi domestik
China berketetapan untuk
mendorong pertumbuhan lewat konsumsi domestik dan investasi swasta. Seperti
halnya tahun lalu, negeri itu tidak membuka angka targetnya untuk ekspor dengan
alasan ketidak pastian kondisi perekonomian global. Pemerintah secara khusus
menekankan perlunya mewaspadai risiko tingkat utang terhadap PDB negeri itu.
Ini seiring dengan analisis para ekonom global yang menyatakan hal tersebut
berisiko terhadap perekonomian China. Tren proteksionisme dan deglobalisasi
meningkat, menimbulkan ketidakpastian arah negara-negara besar dan efek atas
pilihan itu bagi negara lain di sekitarnya ataupun secara global. Kondisi itu
juga dinyatakannya menjadi faktor yang bisa menyebabkan ketidakstabilan
perekonomian. Meski tidak langsung menyebutkan Amerika Serikat, publik
menangkap AS yang menjadi pusat perhatian China. Di tengah sikap AS yang
cenderung lebih protektif, China bergeming untuk mempertahankan perdagangan
bebasnya. Ekonom Universitas Renmin di Beijing, Son Lifang, melihat efek dari
kencenderungan ketertutupan AS relatif terbatas bagi China. Transformasi
perekonomian China dengan dorongan konsumsi dalam negeri dinilainya berpotensi
mendukung pertumbuhan negeri itu. Pertumbuhan PDB 6,5 persen diperkirakan bisa
menjaga tingkat ketersediaan lapangan kerja.
Kenaikan Fed Rate
Pasar
keuangan global bisa terpengaruh dengan rencana kenaikan suku bunga acuan AS,
Fed Fund Rate. Kemunggkinan kenaikan Fed Rate dilakukan Maret tahun ini, lebih
cepat daripada yang ditargetkan sebelumnya. Keputusan itu akan diambil jika
angka pengangguran dan inflasi AS sesuai dengan ekspektasi The Fed. Kenaikan
Fed Rate terakhir dilakukan akhir tahun lalu. Kala itu, Fed Rate naik 0,25
persen, kenaikan kedua dalam 10 tahun terakhir.
B. KEMISKINAN
Pertumbuhan ekonomi, dihitung berdasarkan pendekatan nilai riil produk domestic bruto (gross domestic bruto), bukan semata-mata menunjukkan peningkatan produk atau pendapatan secara makro. Pertumbuhan ekonomi telah menaikkan pendapatan perkapita masyarakat. Tolak ukur lain mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk sebuah negara, yang bukan ditinjau berdasarkan aspek pendapatan, sangatlah bervariasi. Ada yang berpendekatan ekonomi, ada juga yang berpendekatan social. Tingkat kesejahteraan penduduk dapat pula dilihat melalui alokasi pengeluaran konsumsinya. Semakin sejahtera penduduk suatu negeri, maka semakin kecil pengeluaran konsumsinya untuk pembelian bahan pangan. Upaya China menggenjot pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir berdampak pada peningkatan taraf hidup warganya. Alhasil, angka kemiskinan di negara ekonomi terbesar kedua di dunia turun signifikan.
B. KEMISKINAN
Pertumbuhan ekonomi, dihitung berdasarkan pendekatan nilai riil produk domestic bruto (gross domestic bruto), bukan semata-mata menunjukkan peningkatan produk atau pendapatan secara makro. Pertumbuhan ekonomi telah menaikkan pendapatan perkapita masyarakat. Tolak ukur lain mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk sebuah negara, yang bukan ditinjau berdasarkan aspek pendapatan, sangatlah bervariasi. Ada yang berpendekatan ekonomi, ada juga yang berpendekatan social. Tingkat kesejahteraan penduduk dapat pula dilihat melalui alokasi pengeluaran konsumsinya. Semakin sejahtera penduduk suatu negeri, maka semakin kecil pengeluaran konsumsinya untuk pembelian bahan pangan. Upaya China menggenjot pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir berdampak pada peningkatan taraf hidup warganya. Alhasil, angka kemiskinan di negara ekonomi terbesar kedua di dunia turun signifikan.
“Jumlah penduduk yang
berada dalam kemiskinan di China hampir tiga per empat dari tingkat kemiskinan
selama enam tahun, yakni dari 26 persen pada tahun 2007 menjadi tujuh persen
pada 2012,” menurut laporan dari perusahaan riset Gallup yang berbasis di Amerika
Serikat (AS), seperti dikutip dari laman CNN, beberapa waktu lalu. Selain
berhasil mengurangi jumlah masayarakat kelas bawah, Negeri Tirai Bambu juga
berhasil mendorong 65 persen penduduknya untuk naik kelas ke kelompok menengah
dan menengah atas. Sejak memulai pembangunan ekonomi pada 1980, China berhasil
menekan angka kemiskinan secara drastis yang saat itu berada pada level 64
persen. Tren tersebut juga dikaitkan dengan reformasi ekonomi dalam negeri yang
diterapkan selama beberapa dekade terakhir. Salah satu aspek khusus dari
keberhasilan sosio-ekonomi tersebut, lantaran adanya pertumbuhan
industrialisasi yang pesat di ibu kota. Hal ini mendorong warga perdesaan untuk
urbanisasi dan menilai pekerjaan di pusat perkotaan jauh lebih baik, khususnya pada
sektor manufaktur.
“Peningkatan pendidikan dan kesehatan telah memainkan peranan pentig dalam membantu kebanyakan warga China untuk keluar dari kemiskinan,” demikian penilaian Gallup. Jumlah penduduk China pada pertengahan 2014 diperkirakan mencapai 1,355,692,576 (July 2014 est.) atau sekitar 20% dari penduduk dunia, belum termasuk Hong Kong, Makau, dan Taiwan. Tantangan demografi yang dihadapi China saat ini, antara lain populasi yang menua, dan tingginya tingkat cacat lahir di wilayah tertentu. Ketidakseimbangan rasio gender pada dasarnya tidak terlalu tajam, yakni laki-laki: 51,3%, perempuan: 48,7%, namun isu yang berkembang adalah sulitnya kaum laki-laki mencari pasangan hidup akibat paradigma sosial yang mengakibatkan kaum perempuan Tiongkok lebih memilih pasangan hidup yang berada ataupun expatriat. Pertumbuhan penduduk di China diperkirakan akan terus meningkat tajam mulai dari tahun 2016 sampai tahun 2040.
Sebanyak 128 juta penduduk atau 13.4 persen dari total penduduk Tiongkok hidup di bawah garis kemiskinan, karena China menaikkan standar garis kemiskinan menjadi 1.500 yuan atau US$ 230 per tahun (setengah dari standar garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia). Untuk itu, Pemerintah china telah menyusun rencana program pengentasan kemiskinan 10 tahun (2011–2020). Sementara itu pada pertengahan 2012, tingkat pengangguran di RRT mencapai 4,1% dari total penduduk China. Untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan, pemerintah Tiongkok telah menciptakan 10,24 juta lapangan pekerjaan baru pada akhir bulan September 2012. Selain itu sebagai upaya memperluas penyediaan keamanan sosial bagi penduduknya, pemerintah Tiongkok telah memberikan jaminan social security untuk 90 persen penduduknya, serta memberikan rural pension scheme untuk 330 juta petani yang berumur 60 tahun lebih dengan tunjangan bulanan yang bervariasi sesuai tingkat standar penghasilan daerah mereka.
C. Tabel dan Grafik PDB di China
“Peningkatan pendidikan dan kesehatan telah memainkan peranan pentig dalam membantu kebanyakan warga China untuk keluar dari kemiskinan,” demikian penilaian Gallup. Jumlah penduduk China pada pertengahan 2014 diperkirakan mencapai 1,355,692,576 (July 2014 est.) atau sekitar 20% dari penduduk dunia, belum termasuk Hong Kong, Makau, dan Taiwan. Tantangan demografi yang dihadapi China saat ini, antara lain populasi yang menua, dan tingginya tingkat cacat lahir di wilayah tertentu. Ketidakseimbangan rasio gender pada dasarnya tidak terlalu tajam, yakni laki-laki: 51,3%, perempuan: 48,7%, namun isu yang berkembang adalah sulitnya kaum laki-laki mencari pasangan hidup akibat paradigma sosial yang mengakibatkan kaum perempuan Tiongkok lebih memilih pasangan hidup yang berada ataupun expatriat. Pertumbuhan penduduk di China diperkirakan akan terus meningkat tajam mulai dari tahun 2016 sampai tahun 2040.
Sebanyak 128 juta penduduk atau 13.4 persen dari total penduduk Tiongkok hidup di bawah garis kemiskinan, karena China menaikkan standar garis kemiskinan menjadi 1.500 yuan atau US$ 230 per tahun (setengah dari standar garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia). Untuk itu, Pemerintah china telah menyusun rencana program pengentasan kemiskinan 10 tahun (2011–2020). Sementara itu pada pertengahan 2012, tingkat pengangguran di RRT mencapai 4,1% dari total penduduk China. Untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan, pemerintah Tiongkok telah menciptakan 10,24 juta lapangan pekerjaan baru pada akhir bulan September 2012. Selain itu sebagai upaya memperluas penyediaan keamanan sosial bagi penduduknya, pemerintah Tiongkok telah memberikan jaminan social security untuk 90 persen penduduknya, serta memberikan rural pension scheme untuk 330 juta petani yang berumur 60 tahun lebih dengan tunjangan bulanan yang bervariasi sesuai tingkat standar penghasilan daerah mereka.
C. Tabel dan Grafik PDB di China
Referensi :
Kelompok 4
Adelia Nursitasari (20216113)
Muhammad Baharudin Alamsyah
(24216750)
Shely Apriliana (26216997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar